TOTAL SINTESIS SENYAWA CORTISONE
Kortison adalah suatu hormon steroid yang mempunyai nama kimia: 17-hydroxy-11-dehydrocortisosterone. Kortison merupakan hormon anti-inflamasi alami yang diproduksi oleh tubuh. Hormon ini dilepaskan oleh kelenjar adrenal sebagai respons terhadap adanya stres. Kortison dikenal efektif menekan inflamasi, membantu melarutkan jaringan parut, dan mempercepat proses penyembuhan. Kortison merupakan suatu produk akhir dari proses yang disebut sebagai steroidgenesis. Proses dimulai dengan dibentuknya kolesterol dan akhirnya terbentuk hormon steroid. Salah satu hasil akhirnya adalah kortisol. Kortisol mempunyai keaktifan glukocortikoid yang lebih besar dari pada kortison. Kortison juga merupakan molekul inaktip dari hormon kortisol. Kortisol juga dikenal sebagai hydrokortison.
Dari hasil analisis diperoleh komposisi unsur unsur 69,98% C; 7,83 % H; dan 22,19 % O. Kortison bekerja sama dengan hormone insulin berfungsi sebagai pengatur penggunaan glukosa yang dibakar dan disimpan. Adapun struktur dari senyawa kortison adalah sebagai berikut :
Efek kortison (cortisone) alami lebih pendek dibandingkan dengan kortison yang diproduksi secara sintetis. Tidak seperti kortison alami, kortison sintetis tidak disuntikkan ke dalam aliran darah, melainkan disuntikkan ke daerah yang mengalami radang dan memiliki efek jangka panjang. Suntikan kortison umum diberikan kepada pasien yang mengalami keluhan nyeri sendi, terutama yang disebabkan oleh peradangan. Kortison bukan obat penghilang rasa sakit melainkan zat anti-inflamasi, dengan lutut, siku, tulang belakang, dan sendi bahu adalah beberapa area yang sering diberikan suntikan. Orang yang menderita bursitis, arthritis, tendonitis, dan carpal tunnel syndrome adalah mereka yang membutuhkan suntikan kortison. Suntikan kortison lazimnya terdiri dari campuran kortikosteroid dan bius lokal. Dalam beberapa kasus, obat-obatan lain juga ditambahkan untuk menghilangkan rasa sakit jangka panjang.
Tahap 1 : Pembentukan 1 cincin (cincin C) menjadi 2 cincin (Cincin C dan cincin D)
Pada tahap ini terjadi reaksi Diels-Alder yaitu salah satu cara membuat cincin pada sintesis organik. Reaksi Diels-Alder berlangsung antara diena terkonjugasi (1) dengan suatu dienofil (2).Selain alkena, alkuna (3) juga dapat bertindak sebagai dienofil.
Mekanisme reaksinya yaitu :
Tahap 2 : Reduksi keton dengan reagen LiAlH4
Reduksi keton (adisi hydrogen) menghasilkan alcohol sekunder. H yang bersifat aktif ialah H yang bermuatan negative. H tersebutlah yang akan mereduksi keton pada cincin D menjadi alcohol (OH).
Tahap 3 : Pembentukan cincin lingkar B (melalui reaksi Anulasi Robinson) (cincin D à B)
Anulasi Robinson melibatkan keton α,β-takjenuh dan sebuah gugus karbonil. Keton yang digunakan ialah berasal dari senyawa 3-pentenon.
Digunakan aseton ialah sebagai reagen. Dan pembentukan ketal sendiri untuk protecting C=C.
Tahap 4 : Pembentukan cincin A dari cincin B
Proses pembentukan cincin A menggunakan reagen 2-butenon
Tahap 5 : Cincin D mengalami degradasi dari cincin 6 ke cincin 5
FUNGSI
Hormon dapat diberikan secara intravena, melalui mulut, disuntikkan ke dalam sendi dan melalui kulit. Fungsi Kortison adalah sebagai berikut:
1) Hormon Kortison dan hormon Adrenalin merupakan hormon utama yang dilepas oleh kelenjar adrenal sebagai respons terhadap adanya suatu stres. Hormon ini akan menaikkan tekanan darah dan sebagai persiapan tubuh untuk melawan stres;
2) Kortison akan menekan sistim kekebalan tubuh dan akan menekan reaksi peradangan sendi lutut, siku dan bahu, mengurang rasa nyeri dan pembengkakan pada tempat dimana ada luka. Penggunaan dalam jangka lama akan memberikan efek samping yang serius seperti muka yang menjadi bundar (moon face);
3) Kortison juga dapat digunakan untuk menekan respons kekebalan penderita dengan penyakitautoimun atau digunakan pada transplantasi organ tubuh untuk menekan reaksi penolakan jaringan;
4) Kortison tidak mengurangi lamanya infeksi suatu virus tetapi digunakan murni untuk membuat penderita nyaman saat berbicara atau menelan makanan sebagai akibat adanya penyakitMononukleosus yang menyebabkan pembengkakan tenggorokan.
Kortison tablet dalam bentuk Kortison asetat, dosis per hari 25 – 200 mg, diberikan sehari 4 kali pemberian atau setiap 6 jam sekali. Saat ini jarang dipakai dalam klinik kecuali untuk penyakit Addisonyang diakibatkan oleh kurang berfungsinya kelenjar Adrenal.
KELAINAN
Kelainan atau efek samping pemberi nan hormon Kortison bersifat sistemik ke seluruh tubuh seperti:
1) Kadar gula darah yang meninggi;
2) Resisten terhadap hormon insulin;
3) Penyakikt kencing manis (diabetes mellitus);
4) Keropos tulang (osteoporosis);
5) Rasa cemas;
6) Rasa depresi;
7) Tidak datang haid (amenorrhoea);
8) Katarak (kekeruhan) pada lensa mata;
9) Glaukoma (peninggian tekanan bola mata).
EFEK SAMPING
Berikut adalah beberapa efek samping yang mungkin timbul akibat suntikan kortison:
1) Perubahan warna kulit adalah salah satu efek samping suntikan kortison. Namun, ini hanya efek sementara dan tidak berbahaya.
2) Suntikan kortison bisa menimbulkan ‘steroid flare’, suatu kondisi di mana kortison yang disuntikkan mengkristal dan menyebabkan sakit parah. Nyeri ini bisa lebih buruk dari rasa sakit yang dialami oleh pasien sebelum dilakukan penyuntikan. Dokter mungkin menyarankan penggunaan kompres es jika terjadi nyeri. Rasa sakit berlangsung selama sekitar 24 – 48 jam.
3) Kemerahan pada wajah adalah efek samping yang umum terjadi pada wanita, dan terjadi pada hampir 15% pasien. Kemerahan pada kulit mungkin terlihat setelah penyuntikan dan bisa berlangsung selama beberapa hari. Pasien wanita mungkin juga mengalami efek samping lain, seperti jerawat dan gangguan menstruasi.
4) Atrofi lemak dapat terjadi di tempat di mana injeksi dilakukan, yang ditandai dengan hilangnya jaringan lemak. Meskipun tidak permanen, efek bisa berlangsung selama beberapa bulan.
5) Infeksi adalah kemungkinan efek samping lain, terutama jika injeksi dilakukan pada sendi. Jika tidak diberikan dengan benar, infeksi dan kerusakan saraf bisa terjadi pada sendi. Pencegahan terbaik adalah dengan berkonsultasi dengan dokter dan menggunakan antiseptik sebelum penyuntikan dilakukan.
6) Penderita diabetes harus memantau kadar gula darah mereka karena kortison bisa memicu peningkatan sementara kadar gula.
7) Jika kortison disuntikkan langsung pada tendon yang meradang atau melemah, terdapat resiko terjadi pecahnya tendon.
8) Efek samping lainnya adalah hipertensi pada pasien dengan masalah tekanan darah dan pendarahan akibat kerusakan pembuluh darah.
9) Terlalu sering menggunakan kortison (cortisone) dapat menyebabkan avascular necrosis tulang. Jika tidak cocok pada penggunaan pertama, maka suntikan kortison tidak boleh diulang untuk memperkecil terjadinya efek samping.
Reference
Tidak ada komentar:
Posting Komentar